Bisa
Karena Biasa
Aku adalah seorang guru. Bagiku, profesi sebagai seorang
guru adalah profesi yang sangat membanggakan. Bagaimana tidak membanggakan,
bisa mendidik dan dipercaya para orang tua murid untuk menjadikan anak-anak
mereka menjadi anak yang hebat. Bagiku, ini sangat luar biasa. Selain itu,
profesi ini membuatku lebih sering tersenyum. Setiap kali melihat mereka bisa,
mengerti, dan bertanya tentang pelajaran yang aku ajarkan, aku selalu
tersenyum. Setiap kali mereka menyapa dan mengucapkan “Selamat pagi, Pak!”, aku
kembali tersenyum dan menjawab sapaan mereka. “ Selamat pagi juga anak-anak!.”
Seakan semua semangat terisi penuh melihat mereka yang semangat menerima
pelajaran.
Namaku Wila Bunga.
Mereka biasa memanggilku Pak Bunga.
Aku mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Bagi mereka, pelajaran ini sangat
membosankan, kurang menyenangkan, dan sulit. Maklum, pelajaran ini tentang
bahasa asing. Setiap pelajaran, mereka harus membawa kamus untuk memahami setiap
yang tertulis di buku pelajaran. Mereka juga harus mendengarkan baik-baik apa
yang aku ucapkan agar bisa menuliskan dengan benar dan memahami artinya. Mereka
juga harus membaca sesuai dengan pelafalan yang benar agar bisa memahami maksud
yang sesungguhnya. Aku selalu mengatakan pada mereka, belajar tidak hanya
dengan pikiran atau banyak orang menyebutnya dengan otak. Tapi, belajar juga
dengan hati. Mendengar untuk menulis, membaca untuk tahu, merasakan untuk
memahami, dan berpikir untuk membenarkan.
Tidak hanya cukup disitu. Mengajar
tidak hanya dengan ucapan semata. Mengajar harus dengan hati, pikiran,
tindakan, dan aksi. Suatu ketika, aku jengkel
pada mereka, “Anak-anak, kenapa hari ini banyak yang tidak mengumpulkan tugas?”
“Saya
tidak mengerti, Pak!” kata salah seorang muridku.
“Ada
mati lampu, Pak Guru!” salah seorang memberikan alasannya.
“Tidak
ada waktu, Pak Guru!” salah seorang lagi memberikan alasan.
“Mereka
hanya alasan, Pak Guru! Mereka malas belajar.” Kata seorang muridku yang
mengerjakan tugas.
“Iya,
Pak Guru! Tugasnya kan mudah sekali.” Jelas seorang lagi.
Rasanya, aku mendapat permenungan
baru. Bagaimana cara membangkitkan rasa disiplin dan
tanggung jawab mereka. Teringat sebuah kata pepatah, mengatakan Bisa Karena Biasa, menurut Dale Carnigie you can if you think you can dalam buku yang pernah saya baca.“Baiklah,
kalau kalian banyak beralasan begitu, mulai minggu depan siapkan buku tugas dan
setiap tugas harus ada tanda tangan dari saya. “ jelas saya kepada mereka.
“Iya,
Pak Guru!” jawab mereka.
“Kalau
kalian mendapat 15 tanda tangan dari saya, kalian akan mendapat reward yang berupa nilai lebih dari 90.
Tapi, kalau kurang dari 7, nilai nol.”
Jelasku.
“Iya,
Pak Guru!”
Menurutku cara ini efektif untuk mendisiplinkan mereka. Dan
terbukti berhasil. Mereka membutuhkan sedikit rangsangan
untuk sekedar membuat
mereka bersemangat belajar. Untuk saat ini, aku masih menomorduakan hasil.
Bagiku, semakin biasa mereka mengerjakan semakin mudah pelajaran terserap
dengan baik. Teori tidak akan ada hasil tanpa aksi, dan aksi akan membenarkan
teori jika sering dilakukan.
“Pak
Bunga, saya sudah hafal Greetings.”
“Bagaimana
cara kamu menghafal? Bukannya kamu sulit menghafal sesuatu. Bahkan buku tugamu saja hampir terlupa .”
Candaku pada Roxy.
“Saya
kan sudah biasa mengerjakan tugas Greetings dari Pak Guru!” jawabnya dengan
polos.
Lega
rasanya mendengar jawaban polosnya. Puji Tuhan ketika mereka bisa karena mereka
sudah biasa.
0 komentar:
Posting Komentar