Waingapu,Pph. Untung dan rugi menjadi sejenis prasyarat
dalam menjalani hidup kekinian. Era
kompetisi penuh persaingan hanya untuk dapat bertahan hidup. Terserah.... hari
ini, saya belajar dan merasa bersyukur
dapat mengalami beberapa peristiwa yang ingin disampaikan sekadar mengiktiar hidup bernilai bagi diri dalam relasi. Berlangsung sejak meningggalkan
peraduan menuju sekolah, mengais kehidupan hingga 103 km kembali, menghabiskan tak kurang 15 jam perjalanan.
Sebelum Ke sekolah
Indri, seorang
anak piara dalam rumah, bangun
sedikit lebih kepagian. Disebut anak
piara ,
karena sejak kecil ditinggalkan ibunya dan dipelihara sebagai anak
kandung, juga oleh karena ayah berniat tidak bertanggung jawab, lalu pergi
meninggalkannya. Kini berusia 10 tahun harus bangun mengambil kayu bakar untuk mendidihkan
air, menanak nasi sebagai persiapan buat keluarga sebelum berangkat sekolah.
Kerap batuk ketika akan meniup api dalam
tungku dan ketika ditanya makan apa sore kemarin, ternyata didapati sisa-sisa
makanannya berupa buah jambu mete yang belum benar-benar matang dan sudah
sering terjadi jika sedang musim buah jambu mete dan makan buah yang belum
matang akan mengakibatkan gatal di sekitar tenggorokan. Karena sering batuk,
saya mengambil VCO/Virgin Coconut Oil, minyak kelapa hasil sulingan, memintanya
akan minum barang 3 sendok makan. Mungkin karena terdapat unsur santan ternyata
batuknya berkurang. Merasa diperhatikan anak piara ini merasa senang.
Di sekolah
Tiba di
sekolah, rekan-rekan guru melaporkan telah terkumpul dari komunitas sekolah
dengan
tulus disampaikan keluarga duka.
Sekali lagi “trimakasih aya ngguru”.
Dan kami merasa terharu sebab apalah yang kami berikan.... seadanya dalam kerelaan. sejumlah sumbangan sukarela yang akan
dibawa sebentar jika bapak berkenan kita melayat ke rumah duka, ayah mertua
dari seorang rekan guru. Usai kegiatan belajar mengajar, bersama rekan guru dan anak-anak kamipun
berangkat. “Terima kasih pak guru, terima kasih pak guru” berulang
Pulang Rumah
Singgah ngopi di rumah paman sedang bersuka,
baru menyelesaikan pembangunan suatu proyek, sambil bercerita perihal tetangga
sebelah yang anaknya diminta bantuan karena memiliki kemampuan dalam
pertukangan meski akhirnya tidak mau ikut menerima borongan, sedang pagi tadi
datang meminta bantuan beras karena ibunya sejak kemarin hanya makan seadanya
berupa pisang bakar, Sesungguhnya saat ini sedang memasuki musim lapar dan
kemarau berkepanjangan. Paman bercerita, “saat ini saya sedikit lega karena
ponaan saya, Maju’u sudah mau tinggal di rumah dan membantu ibunya yang sudah
tua dan menjanda, jika tidak, saya harus menopang 3 rumah tangga”. Sedang kepada ibu yang menjanda
ini saya pernah menjanjikan atas harapannya berupa ubi kering oleh cerita ubi
yang sering digunakan sebagai pakan ternak babi dalam jumlah yang banyak, namun
sampai dengan saat ini belum terpenuhi. Saya terhenyak dan merenung oleh janji
itu yang ketika tiba di rumah sambil bercerita pada anak-anak dan ibu, terasa
karena tidak peka apalagi terhadap
seorang janda yang berharap tiada untung.
seorang janda yang berharap tiada untung.
Sedang pagi ini kepada rekan guru honorer, ibu membagikan 3 unit
cangkir baru masing-masing sebagai
surprise ulang tahun , cangkir baru
berisi white coofee hangat, melayani dengan siulan bernada “Selamat beruntung
bisa menemui Hari Ulang Tahun”.............