Rabu, 30 Juli 2014

Hari ini benar aku bangun kepagian. Mengambil air, sejenak  membasuh muka  untuk menghilangkan rasa ngantuk sebelum duduk oleh galau yang  membuat tidur terasa kurang mengenakan. Sejak libur  beberapa hari ini terdapat sejumlah hal membebani meski tidak jelas. Sampai Gracia, anakku bertanya, ada apa dengan ayah lalu dengan enteng aku menjawab, entah.....dalam aku menarikan jari pada tuts keyboard labtob, baru secara perlahan mulai timbul, ternyata dari buku KS 01  yang dibaca sebelum  tidur kemarin sore. Buku KS 01 adalah buku bahan ajar implementasi kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah (KS) yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kemdikbud memuat materi manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah.
 Termenung sejenak terlintas kata ‘transformasi’....ah transformasi apa...toh sekolahku  berada di daerah perbatasan lalu terpencil lagi. Tapi seperti disampaikan temanku, pak Meki Dju Rohi salah seorang IN ( Instruktur Nasional), katanya, “ kurikulum 2013 itu esensinya adalah perubahan”....memangnya apa yang harus berubah,,,,lalu aku mengambil buku yang kemarin ku baca  ada tertulis “change management is an approach to shifting/transitioning individuals, teams, and organizations from a current state to a desired future state”  sekalian menejemen perubahan  diterjemahkan  sebagai suatu pendekatan untuk mengubah individu, tim dan organisasi dari keadaan sekarang menuju keadaan masa depan.
Berperan sebagai Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Pahunga Lodu, di Sumba, tempat di mana tiada listrik, jalan di musim hujan lumpur, terpencil dan jauh lagi dari pemukiman penduduk, terbersit  “ah... Kurikulum berubah terus ....belum habis KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sudah diganti ”....namun katanya ini harus, karena sudah menjadi keputusan dan tentunya wajib dilaksanakan, kata pak Meki  saat sosialisasi K13 buat kami Kepala Sekolah. Iapun  baru pulang ikut Bimtek di Kupang.

Perubahan, perubahan dan perubahan yang  terus didengungkan oleh pak Kepala Dinas, Pengawas, Instruktur, teman-teman Kepala sekolah di Kota.....pada akhirnya  dengan berpikiran positif mencoba untuk merenung  sambil mematrikan lebih dalam...mencoba memacu diri untuk berpikir karena katanya pula pembaharuan mindset kita yang perlu lebih dahulu. Kalau tetap bertahan bagaimana lagi dengan guru –guru, anak-anakku, tentu akan ketinggalan. Perubaha proses pengelolaan sumber daya sekolah dari kurikulum 2006 menuju kurikulum 2013 tentu memiliki kerumitan tersendiri sebab perlu daya adaptasi yang sungguh dan kuat. Bukan hanya itu, pengalaman selama ini menunjukan fakta, belum semua syarat implementasi KTSP telah dipenuhi namun perubahan –perubahan yang tetap sebagaimana diharapkan pada implementasi kurikulum 2013 ini tentu pula dengan  sungguh patut dicermati.....walahualam

Jumat, 25 Juli 2014

Waingapu.Kurikulum 2013 sebagaimana telah dicanangkan sejak tahun  lalu, sebelum dilaksanakan pada tahapan implementasi menuntut persiapan sungguh dalam berbagai aspek, mulai dari buku pedoman, prosedur operasional standar, materi training, buku siswa, pedoman guru, peraturan dan lain sebagainya. Tentu sementara ini menjadi substansi dari implementasi kurikulun ini adalah kesiapan sumber daya di mana ujung tombak operasionalnya adalah guru.
Sejumlah pelatihan telah dan sedang diupayakan bagi semua guru agar pada tahun ajaran baru, 2014/2015 semua sekolah, mulai dari jenjang Sekolah Dasar, SMP/MTs bahkan  SMA/SMK  dapat mengimplementasikan perolehannya di sekolah masing-masing dalam pemahaman yang memadai. Pelatihan diberikan entah bagi guru mata pelajaran oleh Instruktur Nasional (IN) yang telah dibekali khusus melalui uji kelayakan maupun bagi kepala sekolah selain pengawas. Tidak hanya sampai di situ akan tetapi pendampingan juga dilakukan selama pelatihan berlangsung bahkan sampai ke daerah-daerah oleh widyaiswara dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
Pembaharuan kurikulum  menuntut keseriusan pada persiapan pelaksanaan sampai ke daerah terpencil karena yang terjadi biasanya terdapat banyak hambatan  senantiasa menghampiri pada saat pembaharuan itu harus terjadi. Ambilah suatu misal, ketiadaan guru Bimbingan Konseling (BK) sedangkan menjadi suatu tuntutan sebuah institusi setingkat SMP akan harus merekomendasikan pada masing-masing siswa ketika akan melanjutkan ke jenjang SMA. Hal lainnya, dalam struktur kurikulum di tingkat SMP, BK tidak disertakan sebagai suatu mata pelajaran. Ketiadaan guru BK akan menghambat pemenuhan tuntutan kurikulum ini, kekurangan guru seni dan budaya sedang materi harus terajar yang tentunya oleh ahli yang membidanginya atau bahkan guru mata pelajaran Ujian Nasional teristimewah mata pelajaran eksak. Dalam banyak hal terdapat kekurangan guru yang memang menjadi tututan untuk jaminan mutu pendidikan.

 Perubahan, suka atau tidak suka, scientific approach harus berlangsung, kata pak menteri dan wajib diamankan.

Rabu, 23 Juli 2014

Bisa Karena Biasa

Aku adalah seorang guru. Bagiku, profesi sebagai seorang guru adalah profesi yang sangat membanggakan. Bagaimana tidak membanggakan, bisa mendidik dan dipercaya para orang tua murid untuk menjadikan anak-anak mereka menjadi anak yang hebat. Bagiku, ini sangat luar biasa. Selain itu, profesi ini membuatku lebih sering tersenyum. Setiap kali melihat mereka bisa, mengerti, dan bertanya tentang pelajaran yang aku ajarkan, aku selalu tersenyum. Setiap kali mereka menyapa dan mengucapkan “Selamat pagi, Pak!”, aku kembali tersenyum dan menjawab sapaan mereka. “ Selamat pagi juga anak-anak!.” Seakan semua semangat terisi penuh melihat mereka yang semangat menerima pelajaran.
Namaku Wila Bunga. Mereka biasa memanggilku Pak Bunga. Aku mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Bagi mereka, pelajaran ini sangat membosankan, kurang menyenangkan, dan sulit. Maklum, pelajaran ini tentang bahasa asing. Setiap pelajaran, mereka harus membawa kamus untuk memahami setiap yang tertulis di buku pelajaran. Mereka juga harus mendengarkan baik-baik apa yang aku ucapkan agar bisa menuliskan dengan benar dan memahami artinya. Mereka juga harus membaca sesuai dengan pelafalan yang benar agar bisa memahami maksud yang sesungguhnya. Aku selalu mengatakan pada mereka, belajar tidak hanya dengan pikiran atau banyak orang menyebutnya dengan otak. Tapi, belajar juga dengan hati. Mendengar untuk menulis, membaca untuk tahu, merasakan untuk memahami, dan berpikir untuk membenarkan.
            Tidak hanya cukup disitu. Mengajar tidak hanya dengan ucapan semata. Mengajar harus dengan hati, pikiran, tindakan, dan aksi. Suatu ketika, aku jengkel pada mereka, “Anak-anak, kenapa hari ini banyak yang tidak mengumpulkan tugas?”
“Saya tidak mengerti, Pak!” kata salah seorang muridku.
“Ada mati lampu, Pak Guru!” salah seorang memberikan alasannya.
“Tidak ada waktu, Pak Guru!” salah seorang lagi memberikan alasan.
“Mereka hanya alasan, Pak Guru! Mereka malas belajar.” Kata seorang muridku yang mengerjakan tugas.
“Iya, Pak Guru! Tugasnya kan mudah sekali.” Jelas seorang lagi.
Rasanya, aku mendapat permenungan baru. Bagaimana cara membangkitkan rasa disiplin dan tanggung jawab mereka. Teringat sebuah kata pepatah, mengatakan Bisa Karena Biasa, menurut Dale Carnigie you can if you think you can dalam buku yang pernah saya baca.“Baiklah, kalau kalian banyak beralasan begitu, mulai minggu depan siapkan buku tugas dan setiap tugas harus ada tanda tangan dari saya. “ jelas saya kepada mereka.
“Iya, Pak Guru!” jawab mereka.
“Kalau kalian mendapat 15 tanda tangan dari saya, kalian akan mendapat reward yang berupa nilai lebih dari 90. Tapi, kalau kurang dari 7, nilai nol.” Jelasku.
“Iya, Pak Guru!”
Menurutku cara ini efektif untuk mendisiplinkan mereka. Dan terbukti berhasil. Mereka membutuhkan sedikit rangsangan  untuk sekedar membuat mereka bersemangat belajar. Untuk saat ini, aku masih menomorduakan hasil. Bagiku, semakin biasa mereka mengerjakan semakin mudah pelajaran terserap dengan baik. Teori tidak akan ada hasil tanpa aksi, dan aksi akan membenarkan teori jika sering dilakukan.
“Pak Bunga, saya sudah hafal Greetings.”
“Bagaimana cara kamu menghafal? Bukannya kamu sulit menghafal sesuatu. Bahkan buku tugamu saja hampir terlupa .” Candaku pada Roxy.
“Saya kan sudah biasa mengerjakan tugas Greetings dari Pak Guru!” jawabnya dengan polos.

Lega rasanya mendengar jawaban polosnya. Puji Tuhan ketika mereka bisa karena mereka sudah biasa.

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample text

Sample Text

Social Icons

Followers

Featured Posts

Social Icons

Pages

Video

Popular Posts

Our Facebook Page